Morotai, KoranMalut.Co Id - Utara - Dunia pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai kembali dihebohkan dengan dugaan kasus pelecehan dan ancaman...
Morotai, KoranMalut.Co Id - Utara - Dunia pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai kembali dihebohkan dengan dugaan kasus pelecehan dan ancaman terhadap siswa.
AU, Kepala Sekolah di salah satu SMA, di Kecamatan Morotai Jaya dilaporkan telah menyatakan rasa suka dan memaksa salah satu siswinya, berinisial Rahda (17), untuk menjadi tunangannya.
Dugaan ini disampaikan langsung oleh korban, dan memicu amarah warga hingga terjadi aksi pemukulan terhadap sang kepala sekolah.
Kejadian bermula ketika Rahda dipanggil masuk ke ruang kepala sekolah karena dituduh mengonsumsi minuman keras di kelas.
Namun saat berada di ruangan, kepala sekolah justru menyatakan perasaannya dan menyampaikan hal-hal yang tidak pantas kepada korban.
“Awal-awal yang pas pak kepsek panggil ke ruangan itu, dia bilang kalau di siswa yang lain itu pak tidak panggil menghadap sendiri kaya saya, karena di saya itu dia suka dan dia sayang,” kata Rahda.
Setelah itu, kepala sekolah mulai menggiring obrolan ke arah pribadi dan fisik korban.
“Terus dia tanya lagi ke saya bilang apakah kamu tidak merasa cantik, terus kamu minum itu, terus saya bilang tidak pak,” lanjutnya.
Rahda menegaskan bahwa dirinya tidak minum. Tapi kepala sekolah malah mengalihkan pembicaraan ke pernyataannya soal perasaan.
“Kan itu saya tidak minum, terus dia bilang bagaimana dengan yang saya singgung tu, terus saya tanya lagi, yang mana pak, terus dia bilang yang soal suka tu,” kata Rahda.
Tidak berhenti di situ, AU malah balik bertanya apakah Rahda juga suka padanya, dan memintanya untuk bertunangan.
“Terus saya tanya, pak suka di saya itu saya seperti apa, terus dia bilang, coba saya kase bale pertanyaan itu, bahwa kamu suka pak atau tidak, terus dia bilang itu kenapa kamu tidak mau bertunangan dengan bapak,” ungkapnya.
Kepala sekolah bahkan diduga menjadikan tuduhan minum miras sebagai alat tekanan agar Rahda menuruti permintaannya.
Sementara itu, guru sejarah di sekolah tersebut, MM, ikut bersuara atas kejadian ini. Ia mengungkapkan bahwa AU telah menyalahgunakan wewenangnya dengan menjadikan tuduhan palsu sebagai alat untuk mengintimidasi siswi.
“Pertama itu korban dituduh minum minuman keras di kelas, padahal tidak. Na dari masalah itu pak kepsek ambil kesempatan bahwa dirinya tidak akan melaporkan ke orang tuanya siswa asalkan si korban ini mau jadi tunangannya,” kata Mursal.
MM juga mengatakan bahwa Rahda bukan satu-satunya korban. “Jadi kemarin saya sempat tanya ke korban dan dia buka semua ke saya. Dan ternyata bukan hanya korban sendiri tapi ada kurang lebih 6 orang siswi yang dia coba lecehkan,” ucapnya.
Karena tindakan kepala sekolah yang dianggap sudah melewati batas, sejumlah warga dan orang tua murid pun marah dan mendatangi sekolah. Puncaknya, AU dipukul oleh orang tua salah satu korban dan MM sendiri.
“Dan tadi ada salah satu orang tua korban yang datang pukul kepsek termasuk saya juga ikut pukul. Karena dia mengancam sama korban kalau tidak mau jadi tunangannya maka kasus minum di sekolah itu akan dilapor ke orang tua siswa,” jelasnya.
“Dan kalau tidak mau jadi tunangan kepsek maka akan dikeluarkan dari sekolah makanya itu kepsek dipukul,” tegas M
Namun, AU, Kepsek di sekolah tersebut ketika dikonfirmasi belum tersambung hingga berita ini ditayangkan.**(oje)
Tidak ada komentar