Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Mahasiswa Jadikan Kampus Seperti Taman Selfie Sehingga Hilang Budaya Literasi

Asrul Madra (Mahasiswa Dowora). Ternate, KoranMalut.Co.Id - Diera digitalisasi telah menjadi tanda kemajuan peradaban di seluruh dunia. Masy...

Asrul Madra (Mahasiswa Dowora).
Ternate, KoranMalut.Co.Id - Diera digitalisasi telah menjadi tanda kemajuan peradaban di seluruh dunia. Masyarakat Indonesia, termasuk di wilayah kepulauan seperti Maluku Utara, Mengalami peningkatan konektivitas dan pertumbuhan sumber daya manusia di tengah kemudahan akses informasi yang nyaris tanpa batas. Kemajuan ini, bagaimanapun, tetap ironis. Peningkatan literasi kritis tidak serta-merta disertai dengan kemudahan akses informasi. Fenomena ini jelas terlihat di kalangan siswa dan bahkan di kalangan Mahasiswa di Maluku Utara, yang lebih suka suka mengasumsikan. Selasa, 6/5/2025

Tulisan ini tidak bermaksud menolak kehadiran teknologi digital, dan menyinggung namun melainkan mengajak agar kita merenungi kondisi literasi saat ini. Mengapa di tengah derasnya arus informasi, kesadaran literasi justru menurun? Mengapa mahasiswa  lebih mahir dalam budaya digital instan, namun bungkam dalam mengekspresikan gagasan secara mendalam, atau bahkan memahami sejarah dan jati diri daerahnya sendiri?

Aktivitas Mahasiswa Dalam Dunia Kampus: Saat ini, mahasiswa di kota Ternate sedang mengalami krisis berpikir karena mereka menjadikan lingkungan kampus sebagai taman untuk "self potrait" (foto diri sendiri yang dilakukan sendiri), yaitu foto yang diambil sendiri. Ini adalah kebiasaan mahasiswa saat ini. Karena mereka selalu terfokus pada teknologi, mereka menghindari budaya literasi dan ruang ilmiah.

Yang perlu diketahui adalah bahwa aplikasi Tiktok dibuat oleh negara yang menganut kapitalisme, dan mereka merencanakan untuk menghilangkan minat baca sehingga orang tidak lagi berpikir dengan kondisi yang terjadi. 

Karena budaya teknologi, banyak aplikasi yang terus digunakan, seperti Tiktok, keinginan untuk belajar telah hilang. Namun, lingkungan akademik yang sebenarnya adalah tempat mahasiswa berdiskusi tentang cara-cara tactical untuk menghapus keburukan yang ada di istana negara.

Namun, kebiasaan itu hilang, dan mahasiswa hanya menggunakan beberapa aplikasi saat ini. Akibatnya, mereka tidak lagi dapat memahami kondisi saat ini.

Padahal bapak pendidikan  perna mengatakan bahwa dunia kampus itu seperti taman adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan memiliki banyak kutipan tentang pendidikan, termasuk yang menggambarkan kampus sebagai "taman" tempat menumbuhkan potensi anak didik. 

Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara juga dikenal karena ajaran dan konsep pendidikan yang masih digunakan hingga saat ini. Beliau mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan priyayi dan orang Belanda. Ki Hajar Dewantara juga dikenal dengan prinsip-prinsip seperti "Ing Ngarsa Sung Tunda, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani" yang menjadi landasan pendidikan di Indonesia. 

Namun, Mahasiswa gagal memahami gagasan yang pernah diucapkan oleh bapak pendidikan Indonesia, dan Mahasiswa memahami dunia kampus seperti taman untuk berselfie.**(red).

Tidak ada komentar