Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

SSB Khatulistiwa Kayoa dan Problem yang Dihadapi

Foto : Siswa SSB Khatulistiwa Kayoa Oleh : Ahmad Sembiring Usman KoranMalut.Co.Id - Sore itu menjelang malam, berawal dari sebuah obrolan r...

Foto : Siswa SSB Khatulistiwa Kayoa


Oleh : Ahmad Sembiring Usman

KoranMalut.Co.Id - Sore itu menjelang malam, berawal dari sebuah obrolan ringan, tentang rencana kami mendirikan sebuah Sekolah Sepak Bola (SSB) di tanah kelahiran kami, yakni kayoa. Tujuan utamanya adalah menemukan talenta-talenta hebat di Kayoa untuk di didik dan dikembangkan.

Langkah awal yang kami ambil adalah menyamakan persepsi dan memberikan pemahaman kepada teman-teman yang ingin bergabung dalam proses pembinaan ini. Karena selain Sekolah Sepak Bola (SSB) ini merupakan hal baru, kami juga mempunyai  permasalahan yakni kekurangan tenaga pelatih yang berlisensi.

Namun, diluar faktor minus tersebut. Kami patut bersyukur bahwa di daerah kayoa ini, khususnya desa guruapin dan bajo, tersedia banyaknya bakat-bakat alam yang 'terabaikan'. Itu disebabkan karena memang tidak ada wadah buat mereka, untuk menyalurkan bakat yang mereka miliki.

Lalu ini salah siapa? Tentu saja ini salah kita semua. Dan sekarang bukan waktunya untuk saling menyalahkan, tetapi sudah waktunya buat kita semua untuk saling bahu-membahu, dalam proses pembinaan ini. Sebab ini tanggung jawab kita semua, sebagai orang tua.

Banyak hal positif yang terjadi, semenjak dengan adanya SSB ini. Salah satunya mengurangi kenakalan-kenakalan remaja, di kalangan masyarakat. Dan itu di akui dengan sendiri, oleh para orang tua siswa. Bukti bahwa Sepakbola bukan hanya urusan menendang bola.

Selain itu, di dalam proses pembinaan ini. Kami juga mengkampanyekan, menggunakan handphone (HP) seperlunya. Karena pengaruh smartphone di kalangan anak-anak dan para remaja adalah ambruknya mental. Dan itu sangat mempengaruhi kesehatan jantung mereka.

Antusias para siswa dalam mengikuti kegiatan pembinaan ini. Sedikit mengobati kekecawaan kami dengan melihat kondisi lapangan yang kami miliki. Sangat jauh dari kata layak. Sebab lapangan sepakbola merupakan fasilitas inti dari semua kegiatan sepakbola. Mau menyalahkan siapa?

Gembira dan kecewa bercampur aduk jadi satu dalam kegiatan pembinaan ini. Senyum tulus anak-anak dalam melahap semua proses latihan, di terjang fitnah-fitnah yang bersilewaran bak badai. Tapi itu hanyalah kerikil-kerikil tajam yang menghalangi semangat anak-anak dalam mengejar mimpi.

Jujur, kami sangat membutuhkan kehadiran pemerintah desa dalam proses pembinaan ini. Entah sampai kapan mereka menyadarinya. Kami tak menunggu, walaupun kami bagaikan hantu di mata mereka. Konsekwensi dari sebuah keikhlasan itu sedikit memporak-porandakan ekspektasi yang sudah terpampang indah dihati.

Padahal Sepakbola adalah bahasa universal dan semua pihak akan sangat maklum bahwa sepak bola akan menyatukan semua rasa dan bahasa menjadi satu perasaan yang sama. Ada banyak seni dan drama yang berlangsung selama pertandingan 2 x 45 menit. Dan itu semua kita sepakat, sepakbola menyatukan kita.

Untuk itu semuanya harus dimulai dengan mengubah pola pikir kita masing-masing untuk membangun sepak bola Indonesia, khususnya di pembinaan usia dini. Jelas terlihat bahwa kita semua masih harus bekerja keras dalam membangun sepak bola nasional, terlebih masalah mindset. Tentang pola pikir untuk menyamakan persepsi.

Kalau kurikulum pembinaan usia dini dibangun dengan baik, didukung oleh pemerintah desa dan disebarkan hingga ke pelosok, 5 tahun mendatang kita akan menemukan yang namanya pemain-pemain dengan talenta dan attitude yang baik dan membawa nama harum Indonesia di mata dunia. Satu hari kelak nyanyian Indonesia Raya akan berkumandang di Piala Dunia. Dan semoga salah satu anak dari kayoa bisa menjadi bagian di hari itu.


#SsbKhatulistiwaKayoaBisa

#DariDesaUntukIndonesia

Tidak ada komentar