Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Pentingnya Peremajaan Alutsista Militer Indonesia

Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara KoranMalut.Co.Id - Innalilahi Wainnailaihi Rajiun Alfatiha turut berdukacita yang mendalam ...

Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

KoranMalut.Co.Id - Innalilahi Wainnailaihi Rajiun Alfatiha turut berdukacita yang mendalam atas tenggelamnya kapal Selam TNI-AL Nanggala 402 bersama 53 awak, mereka semua prajurit terbaik Pahlawan Kusuma Bangsa, insya Allah ditempatkan di Sorga Allah SWT, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi ujian ini. Amiiiiiiiin!!

Kecelakaan kapal Selam KRI Nanggala 402 merupakan potret buram Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) pertahanan militer Indonesia. Alutsista merupakan salah satu unsur pembentuk kekuatan militer sebuah negara. Pada tahun 2020, global fire power menempatkan kekuatan militer Indonesia di posisi ke-16 dari 138 negara di dunia. Indonesia mendapatkan indeks kekuatan 0,2544 (nilai sempurna 0,0000). Secara global, posisi pertama ditempati oleh Amerika Serikat dengan angka 0,0606 disusul Russia (0,0681) dan China (0,0691). Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kekuatan militer terbesar. Kekuatan militer negara lain di Asia Tenggara setelah Indonesia adalah Vietnam di posisi 22 (0,3559) dan Thailand di peringkat ke-23 (0,3571). Negara tetangga Indonesia, Malaysia, berada di peringkat ke-44 dengan angka 0,6546. Sementara Singapura dengan angka 0,7966, berada pada peringkat ke-51.

Berikut ini merupakan kekuatan Militer Indonesia 2020, berdasarkan pemeringkat global fire power yang berada pada peringkat 16 dunia dapat dilihat dari delapan unsur pembentukannya yakni: Pertama, dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri atas 800 ribu personel militer (400 ribu personel militer aktif, 400 ribu personel militer cadangan), 108,6 juta jiwa, SDM yang dapat diperbantukan saat ada perang. Kedua, kekuatan udara terdiri atas 41 pesawat tempur, 39 pesawat serangan khusus, 54 pesawat angkut, 109 pesawat latih, 5 pesawat intai, 177 helikopter, 16 helikopter tempur. Ketiga, kekuatan darat 133 tank, 178 kendaraan tempur lapis baja, 153 artileri swagerak, 366 artileri tarik, 36 peluncur roket. Keempat, kekuatan laut terdiri atas 7 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 156 kapal patroli, 10 kapal penyapu ranjau. 

Kelima, dari sisi Sumber Daya Alam (SDA) terdiri atas 800 ribu barel per hari  produksi minyak, 1,6 juta barel per hari konsumsi minyak, 3,2 miliar barel cadangan minyak. Keenam, dari sisi logistik terdiri atas 126 juta jiwa tenaga kerja, 9.053 kapal sipil yang siap diperbantukan, 16 pelabuhan dan terminal utama, 437.759 km jalan raya, 5042 km rel kereta, 673 bandara yang dapat beroperasi. Ketujuh, dari sisi keuangan terdiri atas 7,6 miliar dollar AS anggaran pertahanan, 344,4 miliar dollar AS utang luar negeri, 130,2 miliar dollar AS cadangan devisa dan emas, 3,4 triliun dollar AS keseimbangan kemampuan belanja. Kedelapan, dari sisi geografi terdiri atas 904.569 km2 luas wilayah, 716 km cakupan garis pantai, 958 km perbatasan dengan negara lain, 579 km jalur air yang dapat digunakan. 

Selama satu dekade terakhir, jumlah anggaran belanja pemerintah untuk urusan pertahanan terus meningkat. Pada tahun 2020, pos anggaran pertahanan negara dialokasikan sebesar Rp 127 triliun, yang terbesar sepanjang sejarah. Jumlah ini menempatkan Indonesia di posisi ke-31 dalam urusan belanja militer di dunia dan nomor dua di Asia Tenggara setelah Singapura (posisi 26). Jika ditarik ke belakang, melihat data yang dipublikasikan SIPRI, dari tahun ke tahun, sejak tahun 1988, anggaran belanja militer Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1988, anggaran belanja militer Indonesia sebesar Rp 2,2 triliun. Kurang lebih 10 tahun berselang, anggaran belanja militer Indonesia meningkat menjadi Rp 8,9 triliun pada tahun 1999. Sepuluh tahun berikutnya, pada tahun 2009, anggaran belanja militer Indonesia tercatat sebesar Rp 34,3 triliun.

Sejak tahun 2010 hingga tahun 2020, tren anggaran belanja pertahanan meningkat. Hanya dua kali terjadi penurunan anggaran dari tahun 2015 ke tahun 2016 serta dari tahun 2017 ke 2018. Pada tahun 2015 anggaran belanja pertahanan adalah Rp 101,6 triliun. Angka tersebut turun menjadi Rp 98,2 triliun pada tahun 2016. Sementara itu, pada tahun 2018 anggaran belanja militer Indonesia sebesar Rp 107 triliun, turun dari anggaran tahun 2017 sebesar Rp 17 triliun. Meskipun terjadi dua kali penurunan, tren anggaran peningkatan selalu meningkat. Tren peningkatan anggaran belanja pertahanan, menurut Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono, dilakukan demi kepentingan nasional. Tujuannya, membangun efek gentar dari negara lain. Konsekuensinya, Indonesia tidak boleh tertinggal dengan kemajuan negara-negara lain (Kompas, 24/7/2020). 

Tren peningkatan anggaran belanja pertahanan Militer Indonesia tahun 2020 sebesar Rp 127 triliun. Anggaran sebesar ini, diharapkan agar Kementerian Pertahanan perlu melakukan peremajaan dan pembelian alutsista pertahanan militer Indonesia yang berkualitas. Alutsista militer seperti tank tempur, pesawat sukhoi, helikopter perang, kapal perang, kapal selam yang berusia dia atas 30 tahun alangkah baiknya dikurangi jam terbangnya untuk digunakan militer dalam pelatihan perang bila perlu dirumahkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan seperti yang terjadi pada kapal selam KRI Nanggala 402 dan menghindari kehilangan nyawa prajurit TNI (putra-putri) terbaik bangsa yang selalu berada di garda terdepan untuk mempertahankan keamanan negara. 

Selain itu, perlu mengawasi jangan sampai terjadi praktek korupsi dalam pembelian alutsista pertahanan militer. Jika ini terjadi sangat disayangkan, karena anggaran sebesar itu jika di korupsi maka yang rugi adalah militer dan rakyat Indonesia. Aggaran sebesar itu walaupun dibelanjakan untuk seluruh alutsista pertahanan militer tapi belum seimbang dengan luas wilayah Indonesia. Oleh karena itu, setiap tahun anggaran perlu ditingkatkan anggaran alutsista pertahanan militer Indonesia. 

Pentingnya peningkatan anggaran untuk peramajaan alutsista pertahanan militer karena dari sisi geografis Indonesia sangat luas, banyak pulau, penduduk yang padat dan kekayaan alam yang berlimpah (SDA). Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah akan menjadi tujuan utama negara-negara yang memiliki kekuatan militer yang kuat, kurang bahan mentah dan mungkin saja SDA kurang tapi penduduk negara tersebut pandat dan SDM berkualitas seperti Amerika Serikat, Rusia, China, Jerman, dll; untuk mengekspolorasi SDA bahkan mungkin juga akan mengklaim pulau dan kekayaan alam Indonesia. Jika alutsista pertahanan keamanan militer Indonesia tidak berkualitas maka ketika terjadi pencaplokan dan perang dengan negara lain maka Indonesia akan terancam. Dengan demikian suka atau tidak suka, anggaran pertahanan militer Indonesia harus ditingkatkan untuk kepentingan peremajaan alutsista pertahan militer Indonesia. Pengelolaan anggaran pembelajaan alutsista tersebut wajib menghindari praktek korupsi, jika terjadi korupsi siapapun demi kepentingan negara harus ditindak secara tegas dan parajurit TNI harus ditingkatkan kesejahteraannya terutama yang bertugas di daerah-daerah perbatasan.**(red).

Tidak ada komentar