Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Ketua FPMB: Kilas Balik Pemilukades

KoranMalut.Co.Id - Belakangan pemilukades seolah telah di resmikan sebagai ajang transaksional yang saling memuluskan kepentingan, keberlan...


KoranMalut.Co.Id
- Belakangan pemilukades seolah telah di resmikan sebagai ajang transaksional yang saling memuluskan kepentingan, keberlangsungan yang terus-menerus bertumbuh dalam setiap ajang pemilu itu tentu bukan atas dasar upaya demi kepentingan Masyarakat, namun atas kalkulasi jangka pendek antara pencalon dan penyokong demi mewujudkan harapan untuk menang akhirnya kepentingan bertemu kepentingan.

Persekutuan yang telah menitipberatkan pada urusan personal yang saling menyogok, dalam upaya mempertahankan kursi politik membuat Pilkades menjadi skenario kegiatan segelintir orang, yang oleh ( 'ruri 16 ) : menyembut negara itu saya yang menghendaki kekuasaan tergantung atas keputusan raja, sehingga keadilan tidak dapat dikualifisir sebagai kepentingan bersama yang ada hanyalah golongan semata.

rakyat yang harusnya sebagai Pemilik kedaulatan dan pencalonan sebagai pengemis suara rakyat pada waktu Pemilu, tidak lagi diakui, yang pada akhirnya membuat Prinsip keadilan dan kesehjateraan seolah di tiadakan, terhadap kehidupan demokrasi ini tentu sangatlah berbahaya kebiasaan mengabaikan janji tentu di butuhkan adanya kurikulum yang kuat sebagai penjaga sikap dan akhlak bagi segenap kepentingan Masyarakat desa.

tentu dari sederetan fakta diatas kita perlu memerlukan adanya standar komitmen yang menjadikan basis penguatan antara figur politik dan penyuplai politik agar janji terpilih tidak menjadi tawar menawar kepentingan, tanggung jawab merawat keuatamaan bersama adalah misi utama sebagai Konsep bermasyarakat yang adil *Fair society* bahwa tidak ada dalil lain kecuali keadilan bersama bukan baku atur sama-sama, sebab pilkades mengorientasikan keberlangsungan kemakmuaran desa tidak kurang dan tidak lebih dari itu.

Walaupun dalam kenyataan nya cita-cita perbaikan dalam memajukan desa masih jauh dari harapan namun paling tidak kita suda bisa mengetahui masalahnya, defisit akal akibat dari minim nya etika yang berujung pada longgar nya keinginan untuk berbanah, faktor inilah yang menghambat lajunya pembangunan desa akhirnya pemerintah desa tidak lagi di pandang sebagai kebun bunga rakyat, tetapi takyat lebih melihatnya sebagai sarang ular.

Masif nya saling tukar kepentingan sang penyogok mendonasikan pecalonan agar dapat memenangkan kursinya, segenap upaya pun pasti di lakukan dimana sturuktur desa sering menjadi tempat traksaksional untuk saling kompromi, tampilan politik dalam bentuk yang paling dangkal inilah yang mesti di waspadai sebab bisa sangat berbahaya pada tata kelola etika pemerintahan desa. Meminjam istilah mantan Presiden Indonesia Boediono saat di wawancarai Mentrotvnewscom, birokrasi atau pemerintahan desa harus bebas dari pengaruh yang tidak sehat.

Kilas balik dan resume ini tentu hanyalah ekspresi pribadi atas fenomena yang perna terjadi Morotai di setiap ajang pemilukades karena nya dengan harapan dari evaluasi perjalanan pilkades banyak penantian masyarakat agar kali ini para cakades dapat memberi pengaruh besar demi kemajuan desa ke depan, pribadi juga percaya setiap figur pasti punya niat baik untuk berbenah di masa depan.

Tidak ada komentar