Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Sula Masyarakat Yang Demokratis

Catatan Akademisi UMMU Dan Staf Tenaga Ahli DPR-RI KoranMalut.Co.Id - Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari suku Fatcei, Fahahu,...


Catatan Akademisi UMMU Dan Staf Tenaga Ahli DPR-RI

KoranMalut.Co.Id - Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari suku Fatcei, Fahahu, Fagudu dan suku Mangon sebagian suku pendatang baik China, Jawa, Bugis, Makassar, Buton, Ambon, dll. Kabupaten Kepulauan Sula merupakan satu diantara 10 Kab/Kota di Provinsi Maluku Utara, yang resmi menjadi daerah otonomi baru pada 31 Mei Tahun 2003, melalui UU RI No. 1 Tahun 2003. Luas wilayah Sula 3.295.40 km (127,240 sq mi). Jumlah populasi masyarakat Sula sejak tahun 2019 yakni 105.578 jiwa. Sula terdiri atas 12 kecamatan dan 80 desa. Jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) Sula 804.370.000.000. Sejak 31 Mei 2003 dimekarkan sampai tahun 2021 Sula sudah berusia 18 Tahun.

Bupati Kabupaten Kepulauan Sula priode pertama dan kedua (2005-2015) Ahmad Hidayat Mus dari Partai Golkar, wakil priode pertama Ridwan Sahlan dan priode kedua Safi Pauwah dua wakil ini dari kalangan birokrat. Bupati priode ketiga (2015-2020) Hendrata Theis, S.Pd.K dari Partai Demokrat, wakilnya Zulfahri Abdullah Duwila dari PKS. Yang menarik adalah Bupati Kabupaten Kepulauan Sula Hendrata Theis yang non muslim keturunan China terpilih sebagai Bupati Sula pada Pilkada 2015. Padahal calon bupati Sula saat itu tiga Paslon yakni Hendrata Theis-Zulfahri Abdullah Duwila, calon petahana Safi Pauwah-Faruk Bahnan dan Rusmin Latara-H.M.Saleh Marasabessy. Dilihat dari aspek agama dan suku rasanya tidak mungkin Hendrata Theis yang non muslim dari kalangan minoritas terpilih sebagai bupati Sula karena masyarakat Sula mayoritas beragama Islam yakni 90,82 %, sisanya Kristen Protestan 7,47 %, Kristen Katolik 1,35 % dan Hindu 0,05 %. 

Terpilihnya Hendrata Theis-Zulfahri Abdullah Duwila sebagai penantang pada Pilkada Sula 2015, membuktikan bahwa masyarakat Sula sangat demokratis dalam memilih kepala daerah, karena masyarakat memilih bupati tidak berdasarkan latar belakang agama dan suku. Jika masyarakat memilih bupati berdasarkan latar belakang agama dan suku maka dua kandidat pasangan calon dari kalangan muslim salah satu kandidat pasti dipilih menjadi bupati Sula. Namun masyarakat Sula memilih bupati tidak berdasarkan latar belakang agama dan suku tetapi mengutamakan kemampuan kandidat, visi-misi dan rekam jejak tiga kandidat calon Bupati Kabupaten Kepulauan Sula. Terpilihnya Hendrata Theis-Zulfahri Abdullah Duwila pada Pilkada 2015, boleh jadi karena masyarakat menilai kandidat tersebut memiliki kemampuan, visi-misi yang berpihak pada masyarakat dan bersih dibandingkan dengan calon petahana yang memiliki rekam jejak di birokrasi, pemerintahan dan politik yang sudah diketahui oleh masyarakat. 

Namun Pilkada Kabupaten Kepulauan Sula 2020, Hendrata Theis-Zulfahri Abdullah Duwila pecah kongsi akhirnya Hendrata Theis calon bupati berpasangan dengan H. Umar Umabaihi (HT-UMAR) dan Zulfahri Abdullah Duwila calon bupati berpasangan dengan H. Ismail Umasugi (ZADI-IMAM). Pleno di KPUD Sula HT-UMAR memperoleh suara 17.691, ZADI-IMAM memperoleh suara 14.813 dan rifal politiknya  Hj. Fifian Adeningsi Mus-H.M.Saleh Marasabessy (FAM-SAH) memperoleh suara 20.119. Walaupun Pilkada Sula 2020 masi bersengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) tapi perolehan suara  yang signifikan dari pasangan FAM-SAH, membuktikan bahwa masyarakat Sula sangat cerdas dan demokratis dalam memilih calon bupati Kabupaten Kepulauan Sula. Perolehan suara petahana yang tergerus jauh dari calon penantang FAM-SAH, kemungkinan disebabkan oleh visi-misi petahana yang belum trealisasi, kinerja kurang baik, lapangan pekerjaan kurang tersedia, pengangguran dan kemiskinan semakin terbuka. Semoga bupati Sula yang baru FAM-SAH dapat menyelesaikan persoalan Sula tersebut agar membawa Sula bahagia.

Jika ada yang ingin belajar demokrasi dalam Pilkada maka Kabupaten Kepulauan Sula salah satunya. Sula negeri kecil di Indonesia bagian timur, masyarakat mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam percaturan politik lokal. Sula adalah karikaturnya Indonesia, karena sudah memberikan contoh yang baik bagi kehidupan kebangsaan, sebagai negara bangsa (nation state) yang hetrogen (perbedaan suku, agama, ras dan golongan) tapi hidup berdampingan dengan baik, aman dan damai. Hebat Orang Sula.

"Salam akal sehat, bersatu bangun Sula"., Amanah Upara.

Tidak ada komentar