Jumar Mafoloi, Ketua Pemuda Muhammadiyah Halut Ketua Pemuda Muhammadiyah Halut, Menyoroti "Grend Wonderfull Halut" Koran...
![]() |
Jumar Mafoloi, Ketua Pemuda Muhammadiyah Halut
|
KoranMalut.Co.Id - Program tahunan di bidang pengembangan pariwisata berbasis ekonomi, melalui grend Wonderfull Kabupaten Halmahera Utara atas upaya peningkatan ekonomi di aspek Parwisata menjadi program rutin pemerintah kabupaten Halut. Program tersebut bagaiman menjual destinasi wisata yang ada di Halut sebagai penopang ekonomi di bidang pariwisata.
Upaya peningkatan spot Parawisata melalui wonderfull, baik itu Festival Wonderfull Danau Paca, Tanjung Bongo, sampai pada Festival Wonderfull peningkatan aspek ekonomi dibidang Parwisata yang dipusatkan di Pelabuhan Kontener mulai dipersoalkan berbagai kalangan. Bahkan Ketua Komisi II DPRD Halut Janlis Kitong ikut mempersoalkan soal dampak manfaat dari acara serimonial Wonderfull. Ketika mulai dipersoalkan soal penganggaran, dan manfaat dari serimonial Wonderfull Pemda merubah dengan model pendekatan asas manfaat.
Wonderfull banyak dilirik dari berbagai kalangan, baik itu, Politisi, akademisi, mahasiswa, pemuda, maupun kalangan Milenial. Sorotan dari berbagai kalangan tentunya melihat dari sisi perbandingan acara di Morotai dan Halut yang secara bersamaan. Ada beberapa kritik dan solusi yang disampaikan oleh berbagai kalangan, mulai dari bentuk serimonial hingga acara seminar. Pada acara serimonial banyak kalangan memperbandingkan kemeriahan, dan manfaat menjual destinasi wisata, adat dan budaya. Sementara pada acara seminar lebih pada potensi pemahaman pengembangan ekonomi dibidang Parwisata.
Beranjak dari kisruh di media sosial yang mulai ramai mempersoalkan dan memperbandingkan asas manfaat antara Wonderfull Halut dan Wonderfull Morotai, ada kesan dan pesan yang menjadi catatan sejarah bahwa, Pemerintah Daerah dalam membuat festival tidak mampu mewujudkan pengembangan potensi Distenasi wisata dan asas manfaat dibidang ekonomi. Bahkan festival menjadi buruk Dimata publik, lantaran kesiapan Wonderfull yang terkesan tidak maksimal, atau istilahnya tiba saat tiba akal.
Tentunya hal ini, menjadi pertanyaan besar bagi Masyarakat secara luas, apa dampak dari Wonderfull Halut..?, Kenapa Pemda tidak menyiapkan secara matang kesiapan acara..?, Terus apakah kemampuan Pemda dalam sisi penganggaran terbatas..?, dan kenapa Pemda tidak melibatkan tokoh adat, tokoh masyarakat, untuk menampilkan potensi adat, budaya dan destinasi wisata..?. Beranjak dari pertanyaan ini, tentunya membutuhkan sebuah konsep secara ilmiah, dan faktual serta empiris untuk menjawab fenomena isu yang berkembang.
Dari fenomena di atas tentunya perlu dibahas dalam beberapa pemetaan konsep Parwisata, sebab Wonderfull bagian dari mengembangkan potensi wisata, baik itu Spot wisata, kuliner lokal, dan adat istiadat sebagai nilai jual bagi kalangan wisatawan. Sebelum membahas lebih jauh, mencoba menguraikan konsep Parwisata dalam prespektif teori.
Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam. Robert Mc.Intosh bersama Shashiakant Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya (Pendit, 1999:31).
Beranjak dari teori di atas, tentunya Pemerintah daerah mampu memahami secara detail dalam penggelaran Festival Wonderfull sebagai ajang pertunjukan destinasi wisata, dan pelestarian seni adat dan budaya, sebagai kekayaan lokal yang dapat membangkitkan reaksi dari kalangan wisatawan, asing, luar maupun lokal. Tak hanya itu, Pemda harusnya lebih memanfaatkan potensi Distenasi wisata, dan budaya ditiap tiap desa. Tak hanya itu, Pemda harusnya juga melibatkan berbagai kalangan untuk bekerja sama membangun kreatif lokal yang berseni, agar dapat mendatangkan para turis, maupun wisatawan lokal.
Persoalan yang timbul dari penggelaran Wonderfull dengan tujuan menjual Distenasi wisata untuk meningkatkan penompang perekonomian di aspek wisata, tentunya harus di atur sebaik mungkin. Bagimana memantapkan penganggaran, dan pendapatan dari hasil Wonderfull serta manfaat yang dapat dipetik secara berkepanjangan bukan sesaat. Hal ini terlihat, dari segi kesiapan penganggaran Pemda Halut tak mampu, dan bagaimana melibatkan berbagai kalanganpun tak ada. Tentunya hal ini, dapat memunculkan berbagai kritikan dari berbagai kalangan, lantaran Pemda dinilai hanya asal asalan dalam membuat momen dan menjemput moment. Tak hanya itu, bahkan ada stigma perbandingan antara Festival Halut dengan Festival Morotai.
Wonderfull Halut dinilai gagal, sementara Wonderfull Morotai dianggap sukses, ini sebenarnya menjadi bahan masukan buat pemerintah daerah. Pemda suda harus berfikir dan merubah pola meningkatkan ekonomi di bidang pariwisata. Bukan lagi berfikir pembenaran sendiri hingga mengabaikan saran dan kritik diberbagai kalangan. Fenomena Wonderfull yang dipersoalkan, tentunya menjadi bahan pembenahan untuk Pemda agar merubah cara membuat festival Wonderfull.
Setelah di amati secara empiris Pemda Halut melalui Dispar sebagai penanggung jawab teknis kegiatan, tentunya membuat festival Wonderfull harus ada kesiapan yang matang, baik dari segi penganggaran, dan konsep menjual destinasi wisata, seni adat serta potensi lainnya. Agar siap secara penganggaran, siap secara konsep, siap melibatkan bergabagai kalangan dalam ikut menampilkan kreatifitas seni budaya. Tak hanya itu, Pemda harus lebih melihat pada asas manfaat dari Wonderfull dengan menyiapkan segala sesuatu. Pemda harus bercermin kepada wilayah wilayah tertinggal kemudian maju lantaran mengembangkan potensi wisata, kuliner, seni adat dan budaya, serta mendorong masyarakat untuk menciptakan seni karia lokal. Selain itu, bagimana menata Parwisata dari segi Infrastruktur, dan pemberdayaan wisata agar setiap wisatawan turis maupun lokal merasa nyaman, indah.
Sudah saatnya untuk berbenah, jika hari ini hasil karia Pemda di Soalkan, itu bukan menjadi bumerang bagi Pemda, namun jadikan sebagai evaluasi untuk kepentingan pengembangan sektor wisata sebagai penggerak ekonomi.
(Red/km/87)
