Rais Sahan Marsaoly (Ketua KTNA Dan Anggota DPRD Malut) Koranamalut.Co. - Pengembangan rempah cengkeh di Maluku Utara. Rais Sahan Mars...
![]() |
Rais Sahan Marsaoly (Ketua KTNA Dan Anggota DPRD Malut) |
Koranamalut.Co. - Pengembangan rempah cengkeh di Maluku Utara. Rais Sahan Marsaoly menaruh perhatian Program ekstensivikasi pertanian cengkeh harus digalakkan.
Pembudidayaan dan pengembangan rempah cengkeh di Malut menuntut kehadiran dan perhatian dari pemerintah. Ekstensivikasi komoditas cengkeh, bagi Rais, meliputi pembinaan dan pemberdayaan petani dalam rangka memperbanyak dan menjaga kelestarian cengkeh.
Rais menganggap program ekstensivikasi cengkeh ini sangat mendesak dilakukan, Pasalnya, dewasa ini produksi lahan pertanian cengkeh telah mulai banyak berkurang pascaproduksi.
Areal lahan pertanina komoditas cengkeh di Malut juga berkurang akibat alih fungsi lahan, misalnya dijadikan bangunan atau dikonversi menjadi usaha lain. Bagaimana cara menanganinya
Dalam persepsi Rais, jika usaha pertanian yang berada di wilayah yang padat penduduknya, maka pembangunan di bidang-bidang lain yang potensial mengurangi keluasan lahan pertanian harus dikurangi. Selain itu, dipilih wilayah yang lebih besar sebagai daerah pengembangan pertanian rempah, misalnya Halmahera.
“Mengapa tadi saya bilang perlu hadirnya pemerintah, karena mereka punya program-program itu pasti sebelum ada pembangunan lain mereka sudah tangani,” ujar Rais.
Kehadiran pemerintah juga dimaksudkan sebagai pola panutan sehingga harga produksi itu lebih tinggi. Karena berkaca di jaman Orde Baru, komoditas cengkeh harganya paling bawah di antara komoditas-komoditas unggulan.
Sekarang ini, dari pasar bebas harga cengkeh sudah mulai tinggi. Satu bulan yang lalu, Rais Sahan berkunjung ke daerah penghasil cengkeh di Malut. Saat itu sedang musim panen cengkeh. Saat itu, harga lokal komoditas cengkeh sampai Rp 90.000/kg. Apalagi komoditas pala, fullnya itu bisa sampai Rp 130.000-Rp 180.000/kg.
Cara bertani di Malut, seiring dengan adanya pembinaan dari pemerintah, semestinya menghindarkan para petani terjerat dari sistem ijon. Sekarang sudah mulai tampak perubahan berkat adanya pembinaan dari pemerintah. Pemerintah harus terus melakukan pembinaan-pembinaan kepada para petani cengkeh.
Rais mengaku selalu berkoordinasi dengan pemprov Malut untuk menghadirkan proyek-proyek atau program-program yang melibatkan petani. Ia juga menyuarakan peran serta koperasi dalam hal pemasaran komoditas rempah dari petani.
Rais menyadari kondisi adanya rantai panjang pemasaran produk komoditas petani cengkeh di Malut. Maklum saja, sebagian besar pembeli komoditas cengkeh dan hasil produksi lainnya berasal dari Pulau Jawa.
Kembali ke soal keberadaan pabrik pengolah hasil produksi rempah Malut. Rais Sahan menggarisbawahi pendapatnya bahwa keberadaan pabrik merupakan sebuah keniscayaan.
“Jadi, guna mendukung produksi harus ada pabrik pengolah hasil produksi tersebut sehingga mata rantai pemasaran produk juga dengan sendirinya tidak terlalu panjang,” tegas Rais.
Kontekstual dengan keberadaan pabrik ini, lanjut Rais, Dinas Perdagangan (Kemendag) juga harus hadir di wilayah produksi ini. Kemendag menyiapkan antara lain fasilitas pasar, peralatan, dan gudang. Kalau ada gudang, maka petani dengan sendirinya begitu panen pasti langsung dikirim ke gudang. Sebab, paskapanen perlu ada perawatan hasil produksi itu sendiri sehingga produksi itu lebih tinggi.
Ketika faktor-faktor tersebut hadir bersama geliat proses produksi, maka pada akhirnya para petani komoditas rempah pasti merasakan nilai tambah dari komoditas hasil pertaniannya.
“Di sini ada sinergi dan simbiosis mutualisme antara dinas pertanian yang mengurui produksi dengan dinas perdagangan yang mengurus aspek perdagangan hasil produksi,” pungkas Rais Sahan. (Red)