Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Polemik Maklumat Pemekaran Halmahera Raya, Anak Muda Gane Angkat Bicara

Ilustrasi Ternate. KoranMalut.Co.Id - Mengenai dengan hasil keputusan musyawarah besar fagogoru. Yang melahirkan maklumat Pemekaran dan mem...

Ilustrasi
Ternate. KoranMalut.Co.Id - Mengenai dengan hasil keputusan musyawarah besar fagogoru. Yang melahirkan maklumat Pemekaran dan memasukkan Gane sebagai bagian dari pemekaran Provinsi Halmahera Raya. Menuai komentar dari berbagai pihak terutama anak muda Gane Timur sampai Gane Barat. Ternate tanggal pada (11/10/2023) 

Pasalnya rumpun fagogoru yang berada di wilayah Gane ikut terlibat dalam musyawarah besar tersebut. Walaupun minoritas yang terlibat tetapi mereka telah menyetujui maklumat bangsa fagogoru, Dan mayoritas masyarakat Gane tidak terlibat.

Kali ini komentar pun muncul dari anak muda Gane Timur dan Gane Barat. Di antaranya adalah Sofyan Hidayat, Magister Ilmu Hukum, asal Mafa

" Tidak jadi persolan kalau kita masyarakat Gane Timur dan Gane Barat. Ngopi-ngopi lalu bercerita tentang pemekaran Provinsi Halmahera Raya. Namun ada dua hal yang berbeda. Pertama kalau Gane masuk terlibat mendukung Provinsi Halmahera Raya, akan menjadi Kabupaten yang dimekarkan. Kedua kalau bertahan di Halmahera Selatan. Maka Gane tinggal memindahkan Kabupaten ke Gane" Ungkapnya. 

Baginya. maklumat Fagogoru tidak punya landasan teori Dalam pandangan kelas, isi maklumat tersebut syarat transaksi kapital Bahkan tak ada landasan teori tata negara

Ia mengatakan bahwa mengenai Maklumat yang di buat itu hanyalah kesepakatan Minoritas yang terlibat dalam Musyawarah fogogoru ke-V dan yang setuju maklumat fagogoru hanya mengekor dan tak pernah memikirkan konsep berdikari bagi Gane. 

"Namun bagi saya Pemekaran Provinsi itu adalah hal yang maju. Tapi bagi kami, Gane secara historis secara suku benar bahwa Maffa, Kebun Raja dan Foya adalah suku Sawai namun kita bukan bagian dari Fagogoru" Tegasnya.

Kalau dibuka lebih dalam sejarahnya Gane adalah bagian dari bangsa Austronesia. Bahkan kami ini adalah rumpun lima negeri yang bekerja sama dengan kesultanan Ternate 

"Jadi saya secara pribadi menolak bergabung dengan Provinsi Halmahera Raya. Saya memilih bertahan di Halsel dan berjuang untuk pemindahan ibu kota Halmahera Selatan ke Gane.l", terangnya.

Asrul Lamunu, Perwakilan kaum muda Kebun Raja, juga menjelaskan hal yang sama iya menyampaikan, Berangkat dari polemik keterlibatan beberapa orang (kelompok kecil) dari Desa Maffa, Foya, Matuting dan Wosi yang hadir pada Musyawarah Besar (Mubes) ke–V Fagogoru di Dhuafa Center, Kota Ternate Maluku Utara (Malut) menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat Gane (Gane Timur, Gane Barat dan Kep Jouronga) meliputi 62 Desa.

"Sangatlah ironis kehadiran segelintir orang pada hajat Mubes Fagogoru di Kota Ternate apakah diutus atau mengutuskan diri?" katanya.

Iya juga bilang Musyawarah Besar (Mubes) Fagogoru ke–V selain ajang memperkuat hubungan silaturrahmi antara suku bangsa Sawai (Gam Range), juga terindikasi kuat melakukan manuver politik lokal dan nasional dengan memaklumatkan pemekaran Provinsi Halmahera Raya oleh bangsa Fagogoru

"Dalam Maklumat Bangsa Fagogoru - pada pasal ke–3 yang tertera di point ke–5 ialah Pembentukan Calon Ibu Kota Kabupaten Gane Raya di Gane. Maklumat ini tentunya lahir dan digodok pada saat Mubes Fagogoru yang juga ada keterwakilan dari Gane (Maffa, Foya, Wosi dan Matuting) apakah pasal ke–3 pada poin ke–5 maklumat ini lahir dari konsep/usulan orang Gane atau lahir atas arogansi monopoli politik bangsa Fagogoru terhadap Jazirah Lima Negeri (Gane)"tandasnya.

Ia melanjutkan bahwa Jazirah Gane (Malo Plim/Gam Romtoha/Lima Negeri) yang berada paling ujung bagian selatan Pulau Halmahera secara kultural meliputi ragam suku-bangsa, etnis dan agama. Khasanah inilah yang menjadikan Gane sebagai wilayah multikultural yang sudah tentu terpisah dari bangsa Fagogoru kalau ditilik dari aspek cultural historis.

"Perlu penelusuran mendalam untuk mengilhami sebuah penekanan bahwa Gam Range (Pnu Pitel) dan Gam Romtoha (Malo Plim) berkolaborasi secara geopolitik baik di masa lampau bahkan di masa sekarang" tegas Asrul

Asrul menjelaskan bahwa Sepertinya secara geopolitik Gam Range dan Gam Romtoha tidaklah memiliki kesamaan sajarah yang kuat dan terikat dalam satu rumpun kesepakatan. Wilayah-wilayah ini dibatasi oleh ruang bergolakan kekuatan antara Kerajaan Ternate dan Tidore di masa lalu. Jauh dari itu, sebelumnya Gane atau Jazirah Malo Plim adalah negeri merdeka yang kemudian hari membuka jalur kerja sama bilateral dengan Kesultanan Ternate.

Batas-batas wilayah antara ke dua daerah (Gam Range—Gam Romtoha) jelas secara historis cultural, maka sudah pasti tidak ada alasan kuta jazirah Malo Plim (Gane) memiliki satu pandangan yang sama dalam kepentingan politik apalagi yang berkaitan dengan wilayah.

"Maklumat Bangsa Fagogoru yang dituangkan dalam pasal 3 pada poin ke–5 bukanlah atas kehendak orang Gane (Gane Timur, Gane Barat dan Kepulauan Jouronga) secara kolektif" Ucapnya 

Iya katakan bahwa Kolektivitas paradigma orang Gane tidak bermuara pada kepentingan calon pemekaran ibu kota Gane Raya di Gane. Yang jelas Gane tetap dimekarkan (pemindahan) ibu kota Halmahera Selatan di Pulau Bacan digeser ke Jazirah Gane di tanah Halmahera.

Rekonstruksi paradigma dan manuver Maklumat Bangsa Fagogoru dengan melibatkan Gane adalah sebuah "kesalahan" besar. Kehadiran delegasi Gane bukanlah representasi dari bangsa Malo Plim melainkan atas kehendak sendiri tanpa bermusyawarah dengan tokoh–tokoh dan para tetua di Jazirah Gane.

Ini bagian dari Risalah Lima Negeri yang direkonstruksi untuk tetap komitmen dalam menjaga ruang historis cultural agar tidak dibenturkan oleh kepentingan-kepentingan menghadapi momentum politik. 

Asrul menegaskan bahwa Gane dan rakyatnya tidak ingin dijadikan komoditas dalam pusaran kepentingan elit dan kelompok tertentu. Secara moril masyarakat Gane memberikan apresiasi atas terselenggaranya Musyawarah Besar (Mubes) Fagogoru ke–V lahir dengan bijak mempersatukan, memperkuat hubungan cultural dan akan menepis kondisi sosial ekonomi di wilayah Halmahera Tengah dan Halmahera Timur

Acil perwakilan Mahasiswa Maffa dan Kebun Raja menerangkan. 

Bagi saya maklumat bangsa fagogoru yang turut menyertakan pemekaran Kabupaten Gane Raya di bawa naungan provinsi Halmahera Raya nanti adalah bagian dari keuntungan segelintir elit politik yang sangat tidak demokratis. 

"Lah kan secara internal Gane masi terjadi kontradiksi dan tidak ada pembicaraan soal ini meskipun sudah jauh-jauh hari isu pemekaran kabupaten Gane Raya itu sudah didengungkan tapi kan dalam ruang lingkup yang berbeda. masa tiba-tiba sudah main masuk di ruang lingkup yang lain. Secara geopolitik, ini jelas bukan murni kepentingan masyarakat. Di tamba lagi dengan alasan Wilayah PSN (Proyek Strategis Nasional) yang jelas-jelas ini politik transaksi yang memperluas gerbang bagi investor untuk mengeruk habis SDA di Halmahera dan khusunya wilayah Gane" tandasnya.

Husen Perwakilan kaum muda foya menuturkan. Iya mengatakan bahwa Sebagai pemuda gane merasa tidak tepat Kalaupun Gane di rangkul sebagai wilayah yang masukan pembentukan provinsi Halmahera raya

"Karena bagi saya ada hal yang paling urgen yang harus di sikap dari hasil musyawarah Fagogoru, yakni  masalah lingkungan, pendidikan, perampasan rungan hidup, sosial budaya, itu yang harus di bijaki, terlalu berlebihan di kalau digaungkan provinsi Halmahera raya sebagai kunci kesejahteraan rakyat, kita ketahui bersama bahwa permasalahan lingkungan marak terjadi di Halteng, perampasan rungan hidup di Haltim dll, ini yang harus di dorong oleh para bangsa Fagogoru" jelasnya

Sefnat Tagaku kaum muda asal Desa Lalubi menyampaikan sikapnya. "Kalau sya, prinsipnya bahwa Fagogoru tidak ada kaitan dengan jazirah Gane. Kami tidak mengganggu kegiatan Fagogoru, tapi jangan bawah-bawah daerah orang" katanya.

Terlepas dari itu, sebagai orang Gane, saya juga menggumuli akan pindahnya ibu kota Kabupaten Halsel dan Bacan menjadi kotamadya. Tapi bukan pemekaran.

Ikram, mewakili mahasiswa Gane Barat,  Desa Dolik mengungkapkan sikap. "Saya tidak sepakat kalau pemekaran Gane Raya di bawa naungan provinsi Halmahera Raya. Karena nantinya Gane akan menjadi sasaran empuk pengerukan SDA" Ungkapnya

Demikian hasil komunikasi bersama mahasiswa dan kaum muda Gane Timur dan Gane Barat terkait maklumat Bangsa Fagogoru. Mereka punya kesamaan pandangan. Yaitu menolak Gane masuk dalam wilayah Provinsi Halmahera Raya. Mereka memilih Gane berdikari. Bertahan bersama Kabupaten Halmahera Selatan. Berjuang untuk pemindahan Ibu Kota Halmahera Selatan ke Gane.

Tidak ada komentar