Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

HMI Freedom From Fear

Oleh: Anggota HMI Cabang Ternate TERNATE, KoranMalut.Co.Id - Tak ada perbuatan ikhlas tanpa didasari dengan perilaku merdeka. Bahkan dalam p...

Oleh: Anggota HMI Cabang Ternate

TERNATE, KoranMalut.Co.Id - Tak ada perbuatan ikhlas tanpa didasari dengan perilaku merdeka. Bahkan dalam peribadatan individu (hubungan manusia dengan Tuhan dan Hablum Minaallah) maupun ibadah sosial (Hubungan terhadap sesama/interaksi sosial/Hablum Minannas) meski didasari dengan perilaku yang merdeka agar terwujudnya perbuatan berlandaskan keikhlasan yang insani.

Pada hakikatnya, manusia memiliki kemerdekaan yang menjadi fakta azasi kemanusiaan untuk bertindak merdeka. Perbuatan merdeka ini menjadi bagian dari kebebasan.

Manusia terlahir secara individu, hidup ditengah masyarakat dan akan kembali secara individu ( Begitu kata Dr Azari Akmal Tarigan, Dalam Bukunya ‘Islam Madzhab HMI). Oleh sebabnya, menjadi penting, manusia sebagai makhluk yang terlahir secara individu memiliki kemerdekaan dalam bertindak.

Kehidupan yang dilakukan dengan ikut-ikutan maupun dengan intervensi atau perintah eksternal, akan menjadi lahirnya perbuatan dengan paksaan, yang sulit mendapatkan keikhlasan yang insani.

Hal ini  merupakan konsekuensi logis, perbuatan yang dilakukan tanpa kemerdekaan menjadi cikal bakal tumbuhnya ‘belenggu’ kemanusiaan dalam diri HMI 

Sosok seorang Martin Luther King  aktivis Afrika-Amerika yang dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia. Ia juga merupakan pemimpin terpenting dalam sejarah Amerika Serikat  serta sejarah non-kekerasan di zaman modern. Tak hanya itu, ia dianggap sebagai pencipta perdamaian dan martir oleh banyak orang di dunia.

Lahirnya peradaban dan perdamaian yang di ikhtiarkan oleh Martin Luther ini, mesti didasari dengan perbuatan yang merdeka, atas kehendak personal, dan menggunakan fakta azasi nya sebagai manusia.

Lalu bagaimana dengan masalah kemerdekaan yang sering di gembar-gemborkan oleh mahasiswa hari ini?

Kutipan puisi Wiji Thukul yang berjudul "apa guna"

“Apa gunanya punya ilmu tinggi

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu.”

Sebagian (kecil maupun besar) Kader HMI Masi mengantungkan harapan di pundak senior, sehingga arahan senior adalah setelahnya, padahal tidak di sadari bahwa tugas senior adalah melegitimasi bukan  mengintervensi.

Sebenarnya, tiap perbuatan mestilah ada sebuah resiko, ada hak azasi, ada kewajiban azasi dan tanggung jawab azasi (yang menjadi konsekuensi logis atas perbuatan.

Apa yang perlu ditakuti dengan sebuah resiko? Dr Fahrudin Faiz yang mengutip pendapat dari Cicero, menyebutkan ada 5 kesalahan manusia, termasuk satu diantaranya ‘Ketakutan terhadap hal yang tidak dapat di ubah atau diluruskan’.

Kenapa harus takut pada hal yang pasti? misal ingin bertempur, ingin mencalonkan diri namun takut kalah , ingin berdemonstrasi lalu takut senior, ingin angkat bicara  lalu takut tekanan, ingin berjuang persoalan rakyat lalu takut ‘teror’, atau ketakutan-ketakutan lainnya yang melanda kader HMI. Dan sebuah perbuatan dan resiko, bukanlah hal yang penting menjadi momok yang menakutkan, namun ikhtiar untuk mewaspadai adalah keharusan.

Ketakutan-ketakutan seperti itu menjadi belenggu kemanusiaan dalam tubuh setiap organisasi apalagi di HMI, yang mengikat dirinya untuk bertindak merdeka, dan tak bisa menyampaikan apa yang dipikirkan, diresahkan. Saat tak bisa menyampaikan apa yang dipikirkan merupakan ‘ Sebuah perbudakan’

Padahal menyampaikan pokok-pokok pikiran dan bersikap kritis itu adalah manifestasi nilai keadilan. Seperti kata senior Toko HMI, Berlaku adil sejak dalam pikiran 

Menjawab persoalan belenggu kemanusiaan yang dialami oleh mahasiswa itu, "Katanya" Himpunan Mahasiswa Islam telah menjawabnya sejak terlahir pada tahun 1947. Membebaskan belenggu itu, dilakukan HMI lewat komitmen Keislaman dan keindonesiaan, bahkan telah menjadi pembuktian yang sah, terlihat dari dedikasinya membangun dan merawat ngeri yang berumur 76 tahun ini.

Apalagi berlandaskan pada mission HMI, yang dibagi menjadi 5 kualitas insan cita, yakni kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas Insan yang bernafaskan Islam, dan Kualitas Insan yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah.

Kualitas insan cita yang diikhtiarkan HMI ini, menjadi alasan primer bagi kader HMI untuk turut serta melakukan peribadatan individual maupun sosial.

Kelima kualitas insan cita ini, berupaya dimiliki setiap kader HMI. Karena kualitas ini, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh HMI itu sendiri. Kendati demikian, HMI tidak memberikan garansi bahwa orang yang masuk HMI akan memiliki kualitas-kualitas ini. Untuk itulah, didalam rumusan tujuan HMI itu digunakan kata terbina, bukan membina. 

Frasa ‘terbina’ tersebut, adalah bagian dari kemerdekaan yang hakiki. Mewujudkan masyarakat adil makmur, aktif terhadap problematika bangsa, yang semuanya didasari oleh kehendak yang merdeka, tanpa intervensi maupun paksaan.

Seperti kata Yuval Noah Harari, semua otoritas pada akhirnya berakar dari kehendak bebas individu manusia, seperti yang diekspresikan dalam perasaan, keinginan dan pilihan mereka.

Otoritas atas kemerdekaan dalam bertindak tersebut,"Katanya" telah dijawab oleh Himpunan mahasiswa Islam, bahkan menjadi sandaran ideologis dalam bertindak, sesuai dalam nilai nilai dasar perjuangan (NDP) HMI pada bab III kemerdekaan manusia (Ikhtiar) dan keharusan universal (takdir).

Kemerdekaan yang hakiki ini bermakna memberi kebebasan dan kelapangan hati, pikiran, dan perbuatan manusia untuk menyampaikan pendapat

dan berkreasi dalam amal perbuatan secara terbuka tanpa ada rasa khawatir, takut dan tertekan. 

Oleh sebabnya, Ber HMI juga sebagai ikhtiar dalam mewujudkan kemerdekaan, untuk mendapat kepastian keikhlasan yang insani dalam bertindak.

Segala konsep perjuangan, dan jalur kiri yang dikumandangkan oleh Kader HMI , mestilah didasari oleh kehendak yang merdeka, tanpa ada istilah perintah ‘don-don’, atau fanatis terhadap senioritas. Seperti halnya, membela senioritas yang bertindak salah (karena perintah ), juga menghambat kemerdekaan personalitas.

Bahkan ketakutan atas resiko, atau perjuangan dengan paksaan, bukanlah ciri khas kemanusiaan yang merdeka. Dan ini juga bukan ciri khas kader. "Katanya"Himpunan Mahasiswa Islam telah menjawab, dan berupaya membebaskan mahasiswa sebagai belenggu kemanusiaan.

Dan kepada mahasiswa Islam silahkan masuk ke HMI, namun jangan cari garansi apapun. Nyatanya di garansi kan,HMI hanya menjadi fasilitator mahasiswa untuk menjadi pribadi yang merdeka, selebihnya kembali kepada kemauan dan ikhtiari kemanusiaan. Bukan bertindak atas kemauan senior  

 Merdeka bukan dalam artian sebebas-bebasnya, namun memiliki batasan tertentu sebagai keharusan universal tangung jawab asasi sebagai anugrah yang di miliki. Selamat konferensi ke XXXIII HMI Cabang Ternate.

Tidak ada komentar